Dokter muda.
Dari sebutannya sudah serasa lebih dekat dengan dokter yang sesungguhnya.
Kami menamakan diri dokter muda, di mata saya berarti dokter yang masih fresh graduate dari pendidikan preklinik, masih muda-belia, inyis-inyis. Dan namanya aja muda, berarti masih perlu dibimbing, di arahkan..
Tahanan kota?
Yes. Selama 2 tahun artinya (kami) dokter muda bakal seputaran rumah sakit pendidikan dimana kami ditempatkan.
(Yah walaupun saya akan tetap cari-cari kesempatan buat pulang ke rumah setiap akhir pekan)
Kesan sampai saat ini:
Saya suka masa koas!
Gatau karena efek terlalu lama libur sebelum masuk periode koas, atau gara-gara kelakuan saya yang tidak bisa duduk diam mendengarkan. Haha. Yang jelas sampai saat ini saya menikmati kegiatan sekarang daripada kuliah dengerin dosen. Ini jauh lebih cucok deh soalnya lebih berasa belajar ilmu kedokteran praktikalnya karena berhadapan langsung sama kasus yang musti dipikirkan alur penanganan sampe penatalaksanaannya. Makin aneh kasus, makin nyantol di ingatan.
Biar kata orang yang namanya koas tuh bakal jadi keset di RS. Keset mana ada sih yang sekece ini? #eh
Kurang setuju sama anggapan itu, sepanjang kita menempatkan diri sebagai orang yang butuh ilmu saya rasa semua wajar-wajar aja.
Lebih baik menghargai diri sendiri, ga perlulah merasa dianggap kayak keset.
Stase pertama : Psikiatri
Ilmunya absurd? Mungkin lebih ke selera masing-masing yah. Karena bentukannya jiwa manusia jelas ga ada yg keliatan secara fisik, tapi jiwa jelas ada. Jelas mempengaruhi segala aspek kehidupan. Ingat kata orang, di dalam raga yang sehat terdapat jiwa yang kuat (atau kebalik yah? Ya intinya kesehatan jiwa atau raga sama pentingnya). Men sana in corporesano, right?
Jadi koas jiwa itu ga sibuk.
Kalo kata residen sih bisa jadi alternatif pilihan spesialis buat para ibu2 yang pengen ambil spesialisasi tapi gamau sibuk-sibuk amat. At least, kegawatdaruratannya ga sebanyak di bedah atau obsgyn. Sekitar gaduh gelisah dan tentamen suicide.
Jadi koas jiwa itu harus sabar.
Harus telaten dong sama pasien. Disini pasiennya bukan pasien biasa. Cara berpikirnya beda. Pendekatannya beda.
Bina raport alias pedekate sama pasien harus yahud biar bisa menggali informasi yang dalam tentang yg dialami pasien, karena modal terbesar seorang ahli jiwa ya tentang bagaimana komunikasi sama pasien.
Dipanggil2 namanya sama pasien pasien yang ga dikenal setiap lewat depan bangsal? Oh biasa.
Ditaksir pasien jiwa? Oh senyum-senyum aja.
Dikasih surat cinta sama pasien jiwa? Oh terima aja.
Dibilang manik karena saking semangat setiap harinya? Oh ya mau gimana lagi.
Pasien sampe 3x lipat banyaknya pas kita jaga? Nah ini baru luar biasa.
Capeknya deh. Pengalaman pribadiiii pasrah deh pasrah
Setuju ga kalo orang-orang yang periksa di bagian psikiatri atau datang ke RSJ itu dianggap gila?
Tidaaak.. no no no.. tidak semua yang periksa ke RS bagian jiwa atau RSJ berarti gila. Buang stereotipe jadul itu.. banyak kok yang periksa karena ingin mendapatkan nasehat tentang arahan pendidikan yang baik sesuai kemampuan, karena ga bisa tidur, ada juga yang datang karena bingung cara menghabiskan uang. Hahahha, maksudnya dia sebenarnya ga sakit tapi ngaku2 sakit karena alasan tertentu.
Menurut opini saya, hindarilah menyebut orang gila atau bahasa tagalognya orgil *ngarang* karena kurang etis. Lebih baik gunakan kata 'gangguan jiwa'. Gangguan jiwa sendiri pun banyak banget klasifikasinya. Ga perlu kan jelasin isi PPDGJ di sini? Ntar ketauan dong kalo saya jago hahaha *ngarang lagi*
Jadi dokter muda di bagian psikiatri itu...
Harus manut sama IR alias Indonesia Raya. Itu tuh sebutannya buat aturan2 yang udah ada dari zamannya senior yang hampir-hampir ga berubah. Dimana bumi berpijak disitu langit dijunjung, bro! Prinsipnya ikuti petunjuk yang berlaku, maka anda tidak akan tersesat
Yang berkesan?
Residennya baik2. Selalu ngebimbing di saat kita keliatan 'selo'. Ilmunya okey, dikasih tips2 pula. Pas lagi stase di RSJ langsung cling cling. Oh ini yang diajarin residen inii!! Oh itu yang diajarin sama residen ituu!! Usefull. Kecuali bagian ikut ngeledekin manik sih -,- eyke jadi pusing bang
Bimbingan dini hari jamnya orang tidur. Menyenangkan juga kok. Sambil main tepok nyamuk, yg ditepok nyamuk beneran.
Dan sebagai wujud memanfaatkan waktu sebaik2nya, sebelum datang ke tempat bimbingan kami masih bisa mampir XXI dulu. Trus makan dulu di lesehan. Tips: hafal mati setiap kata2 yg ada di buku panduan bimbingan yang bisa diperoleh di fotokopian terdekat inshaAllah selamat, dapat nilai plus pula. Bawa buku2 tugas. Sambil nunggu bimbingan sambil nugas.
Yang sering heboh(guyonannya) adalah bimbingan pendidikan perkawinan dan seksualitas. Bukan tabu untuk dipelajari dalam ruang lingkup pendidikan. Semua dalam ruang lingkup ilmiah.
Overall, jadi koas jiwa itu enak. Ilmunya dapet. Waktunya sip, masih bisa tiap akhir pekan pulang, masih bisa punya waktu main, masih sempat rafting pula. Jaga nya pun bisa on call. Asalkan bukan koas pemanggil pasien pas jaga sih ya aman.
Welcome me!
P.S : pekan ini adalah pekan untuk ujian.
Semangat. Usaha. Berdoa.
No comments:
Post a Comment
Leave Your Comment Here...