Langkah yang mengiringi deru nafas
setapak demi setapak
sekisah demi sekisah
berbalut debu dan kotoran
Wajah tuamu, mengisahkan betapa liku hidupmu
tergilas roda perkembangan zaman
tersapu debu di jalanan
menjadi sepi tak punya harapan
Pak Tua,
dalam malam
engkau berselimut bintang
siang kau beralaskan aspal jalanan
Pak Tua,
betapa hidupmu terbuang dan tersisihkan
masa mudamu engkau abdikan dalam perjuangan
merebut kemerdekaan penuh pengharapan
Dengar, bangunan tua berbisik
anginpun berteriak kencang
mengabarkan kepedihan
dan betapa rapuh jiwamu
Lihat dirimu kini, Pak Tua...
Kurus menghitam di pinggir jalan
menjadi terlupakan
dan tiada dipedulikan
Secarik puisi ini tak dapat menjelaskan
karena jawabnya ada di tiap hati manusia
untuk mendengar jeritanmu dan mengulurkan tangan
Teruskan perjuanganmu, Pak Tua...
(puisi untuk tugas bahasa Indonesia)
No comments:
Post a Comment
Leave Your Comment Here...