Libur ini saya berkali-kali ke rumah sakit. RS yang berbeda2. Untuk keperluan yang berbeda-beda pula. Antar adek - antar eyang – antar adek – antar abi – antar adek – antar adek – jenguk orang – antar adek lagi. Semuanya bukan untuk diri saya sendiri, hehe ya beginilah kalo libur seringnya jadi sopir. Oh tenang, sebegitu seringnya ke RS juga bukan utk masalah-masalah serius kok, sebatas control atau check up.
Di rumah sakit itu rupa-rupa warnanya, merah kuning kelabu hijau muda dan biru, ya selain warna pakaian yang rupa-rupa, wujud setiap orang beda-beda, mulai dari pekerjaan, ekonomi, cara pandang, wawasan, bahan pembicaraan. Semuanya beda-bedalah. Duduk di ruang tunggu RS juga bisa tambah2 ilmu, padahal udah jaga2 kalo kelamaan nunggu aku dah siap2 bawa2 novel setebel kamus dorland tapi teralihkan juga dg ngobrol sama pasien di sana, rata-rata setiap orang senang diajak ngobrol bahkan kebanyakan malah ngajak ngobrol duluan. Faktanya adalah setiap orang itu kalo mengalami suatu penyakit dia cenderung mengatakan keluhan2 yang subjective. Nah ini nih, betul kata instruktur2 SL kalo yang penting untuk dibangun bersama pasien itu adalah komunikasi, penting untuk menanyakan 7 butir mutiara anamnesis dan the fundamental four.
Obrolan mulai bergulir ke ranah pribadi.
Seringnya ditanya kuliah di mana, fakultas apa, semester berapa, umur berapa, lulusan mana. Sudah punya pacar belum. Kayaknya yg terakhir itu kalo sudah ditanyakan akan berujung pada nasehat2, ujung2nya yang ngajak ngobrol itu sendiri yang malah curhat, oke saya diam mendengarkan. Aku sih kalo ditanya masalah gituan senyum ajalah, tapi kalo didoain lancar kuliahnya, sukses jadi dokter, dapat suami yang soleh ya tak amin-in panjang panjang, hehheee :DD
amiiiiiin :P
ReplyDelete